Headline

IMAGE-1 IMAGE-2 IMAGE-3 IMAGE-4 IMAGE-5 IMAGE-5

Selasa, 22 Oktober 2013

Pendekatan Asset Liability Management Modern

Persaingan pada industri perbankan yang semakin ketat menyebabkan teori-teori pengelolaan asset-liabilitysemakin berkembang. Secara spesifik, pendekatan asset liability management memfokuskan pada hubungan antara tingkat asset-asset variabel (variable-rate assetsVRAs) dan tingkat utang-utang variabel (variable-rate liabilitiesVRLs). VRAs dan VRLs akan diperbaharui sepanjang waktu sesuai dengan perkembangan pasar.
Teori ini muncul pada tahun 1970-an ketika terjadi fluktuasi tingkat bunga yang sangat drastis. Tiga jenis strategi asset liability management telah berkembang yang dikaitkan dengan “jurang pendanaan” (funds gap). Pada dasarnya, funds gap merupakan selisih antara VRAs dan VRLs. Ketiga strategi tersebut adalah the zero funds gapthe positive funds gap dan the negative funds gap.

1. The Zero Funds Gap
Dengan pendekatan ini manajemen bank berusaha menyamakan proporsi dari total asset bank yang dialokasikan kepada asset-asset variableVRAs (nilainya berfluktuasi sesuai dengan bunga pasar) dengan proporsi dari total liability bank yang dialokasikan pada liabilities variableVRLs (yang nilainya berfluktuasi sesuai dengan perubahan bunga pasar). Misalnya 40 persen VRAs dan 40 persen VRLs. Dengan demikian, bila terjadi perubahan tingkat bunga di pasar, misalnya naik, maka keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh kenaikan tingkat bunga tersebut akan sama. Strategi ini meminimumkan risiko perubahan tingkat bunga karena perubahan bunga dana yang diperoleh dan bunga dana yang dipinjamkan akan sama. Dalam teori ekonomi mikro, ini berarti Marginal Revenue sama dengan Marginal Cost (MR = MC). Kondisi ini merupakan kondisi optimal bagi setiap operasional perusahaan di dalam berbagai struktur pasar. Pendekatan ini akan menjaga kestabilan interest earning di tengah perubahan-perubahan tingkat bunga yang drastis.
2. The Positive Funds Gap
Strategi ini menganjurkan agar rasio-rasio assets variable (VRAs) terhadap total aset harus lebih besar daripada liabilities variableVRLs. Misalnya 40 persen aset-aset yang menghasilkan ditempatkan dalam bentukVRAs dan hanya 20 persen pembayaran-pembayaran bunga liabilities dalam bentuk VRLs. Dengan demikian, bila terjadi kenaikan tingkat  bunga di pasar antarbank, hal itu akan mendapat keuntungan karena tambahan penghasilan bunga lebih besar daripada tambahan biaya bunga. Dengan kata lain, Marginal Revenue lebih besar dari Marginal Cost (MR > MC). Sebaliknya, bila terjadi penurunan tingkat bunga di pasar,  bank akan menderita kerugian karena penghasilan bunga akan menurun lebih besar dibandingkan dengan penurunan biaya bunga. Strategi ini cocok diterapkan bila diramalkan bahwa tingkat bunga pasar di masa yang akan datang akan naik.
3. The Negative Funds Strategy
Strategi ini kebalikan dari positive funds strategy. Strategi ini menganjurkan agar rasio dari assets variable(VRAs) terhadap total assets lebih kecil daripada liabilities variable (VRLs) terhadap total liabilities. Misalnya 40 persen aset dalam bentuk VRAs dan 60 persen liabilities dalam bentuk VRLs. Bila terjadi penurunan tingkat bunga pasar di masa yang akan datang, maka itu akan menguntungkan bank karena penurunan beban bunga lebih besar dari penurunan penghasilan bunga. Namun sebaliknya, bila terjadi kenaikan tingkat bunga pasar, bank akan menderita kerugian. Tambahan beban bunga akan lebih besar dari tambahan penghasilan bunga. Strategi ini cocok diterapkan bila diperkirakan akan terjadi resesi ekonomi di masa datang dan tingkat bunga akan menurun.
4. Pemilihan Aset dan Diversifikasi Portofolio
Strategi terakhir adalah “pemilihan aset” dan “diversifikasi portofolio”. Strategi ini menganjurkan diversifikasi portofolio aset bank untuk mengurangi risiko. Tujuan diversifikasi portofolio ini adalah untuk menyeimbangkan antara aset-aset yang nilainya meningkat ketika nilai aset-aset lain menurun akibat fluktuasi pasar. Jadi, dengan keseimbangan ini, nilai aset-aset secara total akan konstan meskipun terjadi gejolak tingkat bunga di pasar.
Secara garis besarnya, hasil dari pengaturan komposisi asset liability ini akan tercermin dari rasio-rasio keuangan perbankan, seperti Loan to Deposit Ratio (LDR), yang mengukur berapa banyak pinjaman yang diberikan dan dibiayai dengan deposito masyarakat. Earning Asset to Total Asset Ratio, yaitu berapa banyak aset-aset yang dimiliki dialokasikan kepada pos-pos yang menghasilkan. Dengan menggunakan data intern, rasio-rasio keuangan perbankan ini dapat dikembangkan lagi oleh Asset Liability Committee (ALCO) untuk kepentingan analisis.
Secara teoritis, pendekatan ini cukup ideal. Akan tetapi, dalam prakteknya masih ditemui beberapa kesulitan. Pertama, sulit memperkirakan perolehan dana pada berbagai jangka waktu dan tingkat bunga. Kedua, pengelola bank tidak dapat memastikan apakah dana yang telah jatuh tempo diperpanjang atau tidak. Jika berpedoman pada tanggal jatuh tempo, bila ternyata dana diperpanjang, maka akan kelebihan likuiditas. Ketiga, dana-dana yang dipinjamkan kepada nasabah tidak dapat dipastikan dikembalikan pada saat jatuh tempo. Bila terjadi penangguhan pembayaran, apalagi kredit macet, maka komposisi asset-liability yang ditetapkan semula menjadi kacau. Keempat, kondisi makro ekonomi, pada saat-saat tertentu, menyebabkan sulitnya penyaluran kredit, sementara dana yang masuk cukup banyak. Ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antaraassets dan liabilities.
Strategi the zero funds gap dan diversifikasi portofolio cocok untuk bank-bank yang dikelola dengan gaya konservatif, yaitu selalu berhati-hati, mengutamakan keselamatan dan menghindari risiko. Akan tetapi biasanya tingkat pertumbuhan bank-bank seperti ini relatif rendah. Di sisi lain, prudential policy dapat memupuk kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan, sedangkan strategi the positive dan the negative funds gap sesuai untuk perbankan agresif, selalu mencari keuntungan tinggi meskipun risiko juga tinggi. Strategi ini memang sesuai untuk iklim yang cepat berubah. Perubahan-perubahan tingkat bunga pasar yang berlangsung tiba-tiba dapat dijadikan sebagai sumber keuntungan bagi bank. Akan tetapi dibutuhkan kejelian dalam melihat peluang, ketelitian, dan ketetapan untuk meramalkan kondisi masa datang. Untuk itu manajemen bank perlu mempelajari perubahan-perubahan variabel makro ekonomi. Kapan terjadi perubahan yang bersifat seasonal maupun cyclical, resesi berat atau resesi ringan, yang kesemuanya mempengaruhi fluktuasi tingkat bunga. Demikian pula kondisi moneter internasional yang mempunyai pengaruh terhadap tingkat bunga di dalam negeri juga perlu mendapat perhatian.

0 komentar:

Posting Komentar