Bank merupakan lembaga intermediasi yang menjadi penghubung pihak kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan pendanaan. Bank harus mampu menentukan tingkat bunga yang tepat (pricing) baik untuk lending (pembiayaan) maupun funding (penghimpunan dana) dengan memperhatikan faktor rentabilitas, likuiditas dan risiko. Asset liability management merupakan fungsi manajemen bank yang amat penting dalam menata portofolio kedua sisi neraca guna tercapainya pendapatan yang maksimal dengan memitigasi risiko yang dapat diperhitungkan sebelumnya.
Berikut ini akan diuraikan evolusi berbagai pendekatan asset liability management :
Pendekatan ini sangat sederhana. Untuk menjaga tingkat likuiditas, disarankan agar kredit-kredit yang diberikan hanya berjangka pendek saja. Dana yang berasal dari masyarakat umumnya berjangka pendek, oleh karena itu bank umum juga harus menempatkannya pada jangka pendek. Akan tetapi penyaluran kredit jangka pendek sangat terbatas, misalnya membiayai proses produksi barang, transportasi barang-barang jadi ke tempat tujuan, dan di sektor perdagangan. Kegiatan-kegiatan seperti ini sangat terpengaruh pada kondisi perekonomian secara keseluruhan. Bila perekonomian lesu, maka kredit di sektor ini menurun dan akan naik jika perekonomian membaik. Jika bank mengutamakan sektor-sektor seperti ini, maka sektor ini pun akan kebanjiran likuiditas, sehingga tingkat bunganya juga turun.
2. The Siftabillity Theory
Asset-asset yang dimiliki bank ditransformasikan ke pasar sekunder dalam bentuk surat-surat berharga yang sangat likuid, seperti treasury bills, commercial paper dan banker’s acceptance. Bila likuiditas diperlukan, maka asset-asset ini dengan mudah dapat dijual. Akan tetapi bila banyak bank menganut philosophy ini, akan terjadi overlikuid surat-surat berharga di pasar yang menyebabkan berkurangnya keuntungan yang akan diperoleh.
3. The Pool of Fund Approach
Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan keuntungan meskipun dalam jangka pendek. Pendekatan ini menganjurkan agar dana-dana yang masuk dikumpulkan dalam suatu tempat. Kemudian dialokasikan ke pos-pos menurut urutan tingkat kepentingannya. Pertama, memenuhi cadangan wajib. Selanjutnya, baru memperkuat basis cadangan sekunder atau investasi jangka pendek yang tingkat likuiditasnya cukup tinggi. Tambahan selanjutnya baru digunakan untuk membeli surat-surat berharga jangka panjang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Kelemahan pendekatan ini antara lain adalah konsentrasi terhadap tingkat likuiditas akan mengurangi kemampuan bank dalam menciptakan keuntungan. Alokasi dana tanpa memperhatikan sumbernya akan menyulitkan pengelolaan asset-liability.
4. The Anticipated Income Theory
Berikut ini akan diuraikan evolusi berbagai pendekatan asset liability management :
1.Commercial Loan Theory atau Real Bils Doctrine
Pendekatan ini sangat sederhana. Untuk menjaga tingkat likuiditas, disarankan agar kredit-kredit yang diberikan hanya berjangka pendek saja. Dana yang berasal dari masyarakat umumnya berjangka pendek, oleh karena itu bank umum juga harus menempatkannya pada jangka pendek. Akan tetapi penyaluran kredit jangka pendek sangat terbatas, misalnya membiayai proses produksi barang, transportasi barang-barang jadi ke tempat tujuan, dan di sektor perdagangan. Kegiatan-kegiatan seperti ini sangat terpengaruh pada kondisi perekonomian secara keseluruhan. Bila perekonomian lesu, maka kredit di sektor ini menurun dan akan naik jika perekonomian membaik. Jika bank mengutamakan sektor-sektor seperti ini, maka sektor ini pun akan kebanjiran likuiditas, sehingga tingkat bunganya juga turun.
2. The Siftabillity Theory
Asset-asset yang dimiliki bank ditransformasikan ke pasar sekunder dalam bentuk surat-surat berharga yang sangat likuid, seperti treasury bills, commercial paper dan banker’s acceptance. Bila likuiditas diperlukan, maka asset-asset ini dengan mudah dapat dijual. Akan tetapi bila banyak bank menganut philosophy ini, akan terjadi overlikuid surat-surat berharga di pasar yang menyebabkan berkurangnya keuntungan yang akan diperoleh.
3. The Pool of Fund Approach
Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan keuntungan meskipun dalam jangka pendek. Pendekatan ini menganjurkan agar dana-dana yang masuk dikumpulkan dalam suatu tempat. Kemudian dialokasikan ke pos-pos menurut urutan tingkat kepentingannya. Pertama, memenuhi cadangan wajib. Selanjutnya, baru memperkuat basis cadangan sekunder atau investasi jangka pendek yang tingkat likuiditasnya cukup tinggi. Tambahan selanjutnya baru digunakan untuk membeli surat-surat berharga jangka panjang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Kelemahan pendekatan ini antara lain adalah konsentrasi terhadap tingkat likuiditas akan mengurangi kemampuan bank dalam menciptakan keuntungan. Alokasi dana tanpa memperhatikan sumbernya akan menyulitkan pengelolaan asset-liability.
4. The Anticipated Income Theory
Teori ini berkembang tahun 1950-an sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan akan likuiditas yang tersedia. Teori ini melihat bagaimana memperlakukan loan sebagai sumber likuiditas yang tersedia. Jadi, dengan melihat kapan si peminjam akan mengembalikan pinjamannya, merupakan basis likuiditas pada saat yang sama. Dengan metode seperti ini akan terjadi aliran dana secara kontinu yang dapat menjamin likuiditas. Bila terjadi krisis likuiditas, bank dapat menjual loan untuk memperoleh cash di pasar sekunder. Cara ini menghendaki kesamaan antara loan yang jatuh tempo dan pinjaman-pinjaman jangka pendek yang membiayai inventory. Pada dasarnya, teori ini tidak jauh berbeda dengan commercial loan theory, tetapi cukup dengan persediaan surat-surat berharga yang lebih sedikit.
5. Conversion of Fund Approach
Perkembangan lembaga-lembaga keuangan nonbank telah mengubah struktur sumber-sumber dana dan penyalurannya. Tiap-tiap sumber memiliki perilaku, biaya, dan cadangan resmi yang berbeda. Pendekatan ini memperlakukan tiap-tiap sumber pembiayaan secara individual. Dana-dana jangka panjang akan dialokasikan ke pinjaman jangka panjang. Demikian juga dengan sumber-sumber jangka pendek akan disalurkan ke kredit-kredit jangka pendek. Jadi, setiap utang dicocokkan dengan asset yang sesuai perilaku, biaya, dan cadangan resminya. Keunggulan dari pendekatan ini adalah mengutamakan pada tingkat keuntungan bukan pada tingkat likuiditas. Dampaknya mengurangi cadangan likuiditas dan memperbesar loan dan investasi.
0 komentar:
Posting Komentar