Krisis global tahun 2008 yang berawal dari krisis
keuangan Amerika Serikat terjadi karena banyaknya default payment dari
instrumen credit default swap di pasar keuangan Amerika Serikat. Subprime
mortgage merupakan
istilah untuk kredit perumahan (mortgage) yang diberikan kepada debitor dengan
sejarah kredit yang buruk atau belum memiliki sejarah kredit sama sekali,
sehingga digolongkan sebagai kredit yang berisiko tinggi. Penyaluran subprime
mortgage di AS mengalami peningkatan pesat yakni sebesar US$ 200 miliar pada
2002 menjadi US$ 500 miliar pada 2005.[1]
Meskipun subprime
mortgage yang menjadi awal terciptanya krisis, namun sebenarnya jumlahnya
relatif kecil dibandingkan keseluruhan kerugian yang dialami oleh perekonomian dunia secara
keseluruhan. Kerugian besar yang terjadi bersumber dari praktik
pengemasan subprime mortgage tersebut ke dalam berbagai bentuk
sekuritas lain, yang kemudian diperdagangkan di pasar finansial global.
Pada tahap
pertama, sekuritisasi dilaksanakan terhadap sejumlah subprime mortgage
sehingga menjadi sekuritas yang disebut mortgage-backed securities
(MBS). Dalam sistem keuangan modern, praktik sekuritisasi MBS ini merupakan
suatu hal yang telah lazim, dan bahk
an pada tahun
2006 jumlah kredit perumahan di AS (mortgage) yang disekuritisasi menjadi MBS
telah mencapai hampir 60% dari seluruh outstanding kredit perumahan.
Proses
sekuritisasi ini melibatkan pihak ketiga baik institusi pemerintah (antara lain
lembaga Fannie Mae dan Freddie Mac) maupun swasta. Dalam proses sekuritisasi
ini, pihak ketiga melakukan pengemasan dengan melakukan penggabungan sejumlah mortgage,
yang selanjutnya dijual kepada investor yang berminat. Untuk menanggulangi
risiko gagal bayar (default), maka pihak ketiga sekaligus bertindak
sebagai penjamin.
Praktik
sekuritisasi mortgage ini ternyata tidak berhenti sampai di sini.
Melalui rekayasa keuangan (financial engineering) yang kompleks, MBS
kemudian diresekuritisasi lagi menjadi jenis sekuritas yang dikenal sebagai Collateralised
Debt Obligations (CDOs). Sejalan dengan jumlah MBS yang terus meningkat,
persentase jumlah MBS yang diresekuritisasi menjadi CDOs juga mengalami
peningkatan pesat. Dalam skala global, total penerbitan CDOs pada 2006 telah
melebihi US$ 500 milar, dengan separuhnya didominasi oleh CDOs yang bersumber
dari MBS.
Pada tahun 2004
total penerbitan CDOs global baru berada pada level sekitar US$ 150 miliar.
Selain dalam bentuk CDOs, MBS juga diresekuritisasi dalam beberapa bentuk
sekuritas lain yang sudah sulit dilacak bentuk maupun jumlahnya, diantaranya
sekuritas SIV (Structured Investment Vehicles). Maraknya perdagangan
CDOs di pasar global juga dipengaruhi hasil rating yang dikeluarkan oleh
lembaga-lembaga pemeringkat internasional, yang cenderung underpricing
terhadap risiko dari produk-produk derivatif di atas. Kondisi
ini pada akhirnya memberi pukulan berat pada pasar perumahan AS, yang ditandai
dengan banyaknya debitur yang mengalami gagal bayar.
Gelombang gagal
bayar yang terjadi bersamaan dengan jatuhnya harga rumah di AS, akhirnya
menyeret semua investor maupun lembaga yang terlibat dalam penjaminan ke dalam
persoalan likuiditas yang sangat besar. Salah satu yang terkena dampak buruk
dan harus bangkrut diantaranya adalah Lehman Brothers. Raksasa-raksasa
finansial tak ada satupun yang bisa lari dari dampak buruk krisis ini.
Krisis yang disebabkan gagal bayar (default)
ini menunjukkan bahwa institusi keuangan harus mengontrol likuiditasnya lebih
cermat dengan melakukana menajemen resiko yang efektif dan efisien. Maka dari
itu, pertumbuhan permintaan (demand) terhadap manajemen resiko yang
efektif dan lebih transparan semakin bertambah besar dalam pasar keuangan
internasional (Derayati dan Kader : 2010 hal 1).[2]
[1] Detik finance, 2009, kronologi dan latar belakang
krisis finansial global, per 15 April 2009 <http://finance.detik.com/read/2009/04/15/kronologi-dan-latar-belakang-krisis-finansial-global> diakses pada tanggal 28 November 2012
[2] Derayati
dan Kader. 2010. Risk Calculation of Interest Rate Swaps for Cinnober
Financial Technology AB. Master’s Thesisi; School of Royal Institute of
Technology.
2 komentar:
bagus Zal blognya, keep it up!
kalau bisa buat kamus ekonominya juga, jadi saya yang orang awam mengerti arti bahasa ekonomi
Posting Komentar