Headline

IMAGE-1 IMAGE-2 IMAGE-3 IMAGE-4 IMAGE-5 IMAGE-5

Rabu, 23 Oktober 2013

Inflasi, proses dan dampaknya

Inflasi secara ringkas diartikan sebagai kecenderungan peningkatan harga barang-barang secara serempak dan terus menerus. Peningkatan harga ini disebabkan oleh peredaran uang yang terlalu banyak dibandingkan dengan ketersediaan barang-barang dan jasa. Definisi tersebut menggambarkan bahwa kenaikan satu atau barang ataupun kenaikan barang dalam waktu singkat belum dikatakan sebagai inflasi sehingga kenaikan tersebut belum memerlukan kebijakan moneter secara khusus untuk mengggulanginya.

Jika pemerintah menjalankan kebijakan moneter deficit spending (pengeluaran lebih besar dari pendapatan) yang mengakibatkan volume uang beredar terus bertambah, maka akan terjadi suatu proses inflasi. Jika pemerintah terpaksa menjalankan kebijakan deficit spending dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya yang semakin besar, maka pertambahan permintaan dari pemerintah akan mendorong meningkatnya produksi.Pada taraf awal produksi mungkin dapat menaikan tingkat harga. Hal ini tentunya sangat bergantung dari kondisi persediaan barang. Jika persediaan barang cukup memadai, tentunya tidak akan mendorong kenaikan harga karena kapasitas produksi yang mampu mencukupi peningkatan permintaan.

Benarkah Internet Bagus Buat Demokrasi??

Berangkat dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Katinka Barysch, Direktur Hubungan Politik Allianz pada Worl Economic Forum yang mengutarakan apakah "Is the internet really good for democracy?" Ane nyoba beropini dengan beberapa fakta nih,

Internet memiliki potensi besar dalam pemberdayaan masyarakat dalam pemilihan politik (pemilu, pilgub, pilkada, maupun pilkades). Internet juga bisa digunakan sebagai sarana orasi politik atau meningkatkan suara pemilihan kandidat agar bisa mencapai elemen terkecil masyarakat bahakan masyarakat pinggiran). Hampir setiap kandidat pemangku jabatan politik jaman sekarang menggunakan FB, tweeter, dan youtube untuk sarana kampanye nya.

Selasa, 22 Oktober 2013

Apa itu Suku Bunga??

Mengambil definisi Kasmir (2008 : 131), bunga bank adalah sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produkanya. Bunga juga dapat diartikan harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Berdasarkan pengertian tersebut suku bunga terbagi dalam dua macam yaitu sebagai berikut :
1.      Bunga simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito.
2.      Bunga pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga. Sebagai contoh bunga kredit.

Pendekatan Asset Liability Management Modern

Persaingan pada industri perbankan yang semakin ketat menyebabkan teori-teori pengelolaan asset-liabilitysemakin berkembang. Secara spesifik, pendekatan asset liability management memfokuskan pada hubungan antara tingkat asset-asset variabel (variable-rate assetsVRAs) dan tingkat utang-utang variabel (variable-rate liabilitiesVRLs). VRAs dan VRLs akan diperbaharui sepanjang waktu sesuai dengan perkembangan pasar.
Teori ini muncul pada tahun 1970-an ketika terjadi fluktuasi tingkat bunga yang sangat drastis. Tiga jenis strategi asset liability management telah berkembang yang dikaitkan dengan “jurang pendanaan” (funds gap). Pada dasarnya, funds gap merupakan selisih antara VRAs dan VRLs. Ketiga strategi tersebut adalah the zero funds gapthe positive funds gap dan the negative funds gap.

Evolusi Teori Asset Liability Management

Bank merupakan lembaga intermediasi yang menjadi penghubung pihak kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan pendanaan. Bank harus mampu menentukan tingkat bunga yang tepat (pricing) baik untuk lending (pembiayaan) maupun funding (penghimpunan dana) dengan memperhatikan faktor rentabilitas, likuiditas dan risiko. Asset liability management merupakan fungsi manajemen bank yang amat penting  dalam menata portofolio kedua sisi neraca guna tercapainya pendapatan yang maksimal dengan memitigasi risiko yang dapat diperhitungkan sebelumnya.

Berikut ini akan diuraikan evolusi berbagai pendekatan asset liability management :

What is Bank Risk Appetite?

In general, the definition of risk appetite is the amount of risk that can be accepted / tolerated by the bank. In the context of supervision, the Financial Services Autority (FSA) UK defines risk appetite as the amount of risk that banks have to be ready whenever a bad things happened. Banks can use risk appetite in expressing what level of acceptable risk and providing certainty for bank stakeholders.

In practice, when talking about risk appetite, the bank uses the tolerance limit approach. Tolerance Limit / risk tolerance is level of relative variation at the acceptable risks incident to the achievement of bank objectives strategic. In other words, risk tolerance is the level where the risk event occurring would not disturb the achievement of the bank.

Basel III Siap Diberlakukan

Perjanjian Basel atau yang lebih dikenal dengan Basel Accord merupakan regulasi perbankan internasional yang ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan negara-negara yang tergabung dalam Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) yang didirikan pada tahun 1974 oleh negara-negara G10. BCBS bertujuan untuk menciptakan peraturan bersama dalam rangka memeperkuat stabilitas dan kesehatan sistem perbankan internasional, menciptakan kerangka sistem yang adil dalam mengukur kecukupan modal secara internasional, dan mendapatkan kerangka yang konsisten untuk mengurangi ketidaksamaan kompetisi antarbank yang bertransaksi di tingkat internasional.

Peraturan Basel terbaru adalah Basel III yang diterbitkan pada Desember 2010. BCBS mempublikasikan dokumen dengan judul Global Regulatory Framework for More Resilent Banks and Banking System. Dokumen ini yang kemudian dikenal sebagai naskah Basel III. Penerbitan Basel III dipicu oleh krisis keuangan global pada tahun 2007 sampai 2008 yang disebabkan banyaknya bank terlilit hutang yang tinggi, baik pada laporan posisi keuangan yang dilaporkan (on balance sheet) maupun laporan posisi keuangan yang tidak dilaporkan (off balance sheet). Akibatnya, terjadinya penggerusan tingkat dan kualitas modal yang dimiliki bank.

Pengukuran Risiko Operasional Bank Syariah Melalui Pendekatan Simulasi Loss Distribution Aggregate Method (Studi Kasus Risiko Kehilangan Uang Bank Syariah X)

Abstract
Operational risk is one of the types of risks that must be taken care of by a business institution. Mismanagement of Operational risk can cause a loss of business institution. Barings bank is a financial institution that went bankrupt due to mismanagement of operational risk. Islamic bank is also not free from the threat of operational risk, as well as other business institutions.
This paper examines the mechanism of calculating operational risk in Islamic Bank X using Loss Distribution Aggregate (LDA) approach. Data used in this paper is the data loss money in Islamic Bank X in the period January 2008 to December 2011. Value at Risk (VaR) at the 99,9% confidence level used to calculate unexpected loss. Research result mentioned Islamic Bank X must provide funds IDR 73.702.110.763,48 as a capital charge to cover possible losses arising from operational risk in the coming periode.


Keywords: Loss Distribution Aggregate (LDA), Risiko Operasional, Value at Risk (VaR),

Rizal Razib Abdillah
NIM S.0913.042
rizalrazib@gmail.com